MAKALAH RANAH OBJEK EVALUASI
RANAH OBJEK EVALUASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu sarana peningkatan kualitas hidup manusia. Lembaga pendidikan formal, seperti sekolah, memegang peran penting dalam proses pendidikan. Guru sebagai tenaga pendidik juga berperan menyediakan dan memberikan failitas untuk memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa. Guru harus dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa dalam meningkatkan cara dan hasil belajarnya.Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa, seorang guru harus mengadakan evaluasi. Metode evaluasi yang digunakan terkadang tidak dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atau peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan.Dalam pembelajaran harus ada target yang harus dicapai, menetapkan tujuan pembelajaran itu sangat penting bagaikan anak panah lepas dari busurnya mencari papan target itu tujuan utamanya. Tapi terkadang tujuan dan target biasanya tidak sesuai dengan apa yang sudah di harapkan makanya seorang guru harus mengevaluasi pembelajaran yang sudah ada didalam kelas maupun diluar. Tujuan pembelajaran dapat berupa tujuan instruksional umum yang ingin dicapai pada akhir semester , tujuan kurikulum yang ingin dicapai oleh mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru, tujuan lembaga seperti perbedaan tujuan kurikulum SD,SMP, SMA dan UNIVERSITAS , serta tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, yaitu “ memajukan kesejahteraan umum , mencedaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”.
Evaluasi ini , tidak hanya menbicarakan tentang bagaimana peran seorang guru dalam menyajikan mata pelajaran yang sudah ada tapi bagaimana kemampuan siswa mengevaluasi pembelajaran dilihat dari hasil belajar kedalam ranah kognitif , afektif , dan psikomotorik . Makanya disini akan dijelaskan pengertian evaluasi dan fungsi utamanya . Selain itu mengulas satu persatu pengertian dari kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar mengajar di dalam kelas dan lingkungan sekitarnya.
1.2. Rumusan Masalah
- Apa itu ranah evaluasi ?
- Bagaimana sistem penerapan ranah afektif, ranah kognitif dan ranah psikomotor ?
- Apa saja kat kerja operasional dalam ranah afektif, ranah kognitif dan ranah psikomotor ?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :- Mengetahui apa itu ranah evaluasi.
- Mengetahui bagaimana sistem penerapan ranah afektif, ranah kognitif dan ranah psikomotor.
- Mengetahui apa saja kat kerja operasional dalam ranah afektif, ranah kognitif dan ranah psikomotor.
BAB II
ISI
2.1. Ranah Evaluasi
Secara bahasa ranah diturunkan dari kata Domain yang berarti daerah atau wewenang. Bila dikaitkan dengan pembelajaran , ranah berarti kawasan belajar (domain learning) atau jenis-jenis kemampuan manusia. Menurut Benjamin S. Bloom,, mengelompokka kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama, yaitu ranah kognitif dan ranah non kognitif. Ranah non kognitif dibedakan lagi menjadi dua kelompok yaiu. Ranah afektif dan ranah psikomotro. Ketiga ranah tersebut berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
Dalam rangka mengevaluasi peserta didik haruslah dilihat secara bulat, artinya evaluator dalam melaksanakan evalusi hasil belajar dituntut untuk memberikan penilaian yang menyeluruh kepada setiap aspek peserta didik (Wahyudin, 2003 :30). Pengukuran hanya membuahkan data kuantitatif mengenai hal yang diukur. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari benyamin bloom yang membaginya menjadi 3 ranah pengukuran yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikokomotorik.
Menurut Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan haruslah mengarah pada tiga ranah yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: Ranah proses berfikir (cognitive domain), ranah sikap (affectife domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain). Maka dalam konteks evaluasi belajar ketiga ranah tersebutlah yang menjadi sasaran dalam setiap evaluasi hasil belajar, yaitu: apakah peserta didik sudah dapat memahami semua materi pelajaran yang diberikan?, Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?, Apakah meteri belajar yang sudah diberikan dapat diamalkan secara kongkrit dalam kehidupan sehari-hari? (Sudjiono, 1998 :49).
2.2. Objek Evaluasi
2.2.1 Pengertian Objek Penilaian Hasil BelajarPenilaian hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran) dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi, objek penilaian hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran penilaian hasil belajar. Objek penilaian hasil belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.
Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi. Yaitu segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Obyek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai (evaluator) ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut. Salah satu cara untuk mengenal atau mengetahui obyek dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi, yaitu dari segi input, transformasi dan output. Obyek evaluasi pendidikan dilihat dari aspek inputnya, maka objek dari evaluasi pendidikan itu sendiri meliputi tiga aspek, yaitu:
1. Aspek Kognitif (Kemampuan)
Untuk dapat diterima sebagai calon peserta didik dalam rangka mengikuti program pendidikan tertentu, maka para calon peserta didik harus memiliki kemampuan yang sesuai atau memadai, sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran pada program pendidikan tertentu itu nantinya peserta didik tidak akan mengalami banyak hambatan atau kesulitan. Sehubungan dengan itu, maka bekal kemampuan yang dimiliki calon peserta didik perlu untuk dievaluasi terlebih dahulu, guna mengetahui sampai sejauh mana kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing calon peserta didik dalam mengikuti program tertentu. adapun alat yang biasa dipergunakan dalam rangka mengevaluasi kemampuan peserta didik itu adalah tes kemampuan (attitude test).
2. Aspek Psikomotor (Kepribadian)
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, yang menampakkan bentuknya dari tingkah lakunya. Sebelum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon peserta didik perlu terlebih dahulu dievaluasi kepribadiannya masing-masing, sebab baik burukya kepribadian mereka secara psikologis akan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam mengikuti program tertentu. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui atau mengungkap kepribadian seseoarng adalah dengan jalan menggunakan tes kepribadian (personality test).
3. Aspek Afektif (Sikap)
Sikap, pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memencar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan, maka diperoleh informasi mengenai sikap seseorang adalah penting sekali. Karena itu maka aspek sikap tersebut perlu dinilai atau dievaluasi terlebih dahulu bagi para calon peserta didik sebelum mengikuti program pendidikan tertentu.
2.2.2. Unsur-unsur Objek Evaluasi Pendidikan
1. Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal.
- Kemampuan, Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.
- Kepribadian, Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau pesonality test.
- Sikap-sikap, Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengukur keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut skala sikap atau attitude scale.
- Inteligensi, Untuk mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan Binet dan Simon yang dikenal dengan tes Binet-Simon. Selain itu ada lagi tes-tes yang lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahui IQ (Intelligence Quotient) orang tersebut.
2. Transformasi
Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain:
- Kurikulum/materi
- Metode dan cara penilaian
- Sarana pendidikan/media
- Sistem administrasi
- Guru dan personal lainnya
3. Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test. dari segi output, yang menjadi sasaran evaluasi pendidikan adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih oleh masing-masing peserta didik, setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan.
Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis. Aspek psikomotorik, apalagi afektif, sangat langka dijamah oleh guru. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini jika kita mau introspeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yan selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa.
2.3. Ranah Objek Evaluasi
Objek penilaian hasil belajar penting diketahui agar memudahkan guru dalam menyusun alat evaluasinya. Objek penilaian tersebut dibagi menjadi 3 ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga sasaran tersebut harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasan materi semata, tetapi juga harus menilai segi perubahan tingkah laku dan proses mengajar dan belajar itu sendiri secara adil.2.3.1. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, di antaranya:
- Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
- Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
- Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret.
- Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal yang lain lagi memahami sistematikannya.
- Sintesis (synthesis), adalah suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Analisis diartikan sebagai memecah integritas menjadi bagian-bagian. Sedangkan sintesis adalah menyatukan unsur-unsur menjadi integritas. Berpikir sintesis adalah salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.
- Penilaian/pengahragaaan/evaluasi (evaluation), merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. Ketika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka orang tersebut akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik.
2.3.2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru cenderung lebih banyak menilai ranah kognitif. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajara, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Kondisi afektif tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalu angket, inventarisir atau pengamatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan memiliki arti pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus-menerus.
Menurut Krathwohl (1974) dan kawan-kawan, ranah afektif dibagi menjadi 5 jenjang, antara lain
- Penerimaan atau menaruh perhatian yaitu kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya. Penerimaan juga bisa diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau objek. Rangsangan yang datang kepada peserta didik dapat berupa masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
- Menanggapi (responding), adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
- Menilai (valuing) atau menghargai, adalah memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah mampu untuk menilai mana yang baik dan buruk.
- Mengorganisasikan atau mengatur (organizing) yaitu mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Ini merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.Yang termasuk dalam organisasi adalah konsep tentang nilai organisasi sistem nilai.
- Karakterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.Jadi, karakterisasi merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Sipmson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif.
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan keterampilan, di antaranya:
- Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
- Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
- Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motoris, dll.
- Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.
- Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
- Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
2.4. Kata Kerja Operasional dalam Ranah Objek Evaluasi
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:- Pengetahuan/hafalan/ingatan/knowledge (C1), adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al-’Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.
- Pemahaman /comprehension (C2) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-’Ashar secara lancar dan jelas.
- Penerapan / application (C3) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
- Analisis /analysis (C4) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
- Sintesis / synthesis (C5) adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
- Penilaian/penghargaan/evaluasi / evaluation (C6) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :- Ranah objek evaluasi adalah : Ranah Evaluasi berarti kawasan belajar (domain learning) atau jenis-jenis kemampuan manusia dalam menilai hasil belajar. Dibedakan menjadi dua yaiu aspek kognitif dan aspek non kognitif.
- Ranah Objek Evaluasi terdiri dari tiga yaitu :
- Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seorang menerima pengalaman belajar tertentu.
- Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
- Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
MAKALAH RANAH OBJEK EVALUASI
Reviewed by Unknown
on
March 04, 2018
Rating:
No comments: